• Enter Slide 1 Title Here

  • Enter Slide 2 Title Here

  • Enter Slide 3 Title Here

Latest Posts

Rabu, 30 Oktober 2013

ah sudahlah..

Tak perduli bagi saya orang orang diluaran sana menunjukkan dengan cara apa, cukup bagi saya bisa menjadikan anda sebagai motivasi adalah suatu kebahagiaan besar bagi saya.

cukup yakinkan dalam hati, kalo memang sudah ketetapannya pasti dipertemukan, tinggal bagaimana saya terus berusaha 

wisuda "biasa biasa" saja

Bukannya saya tidak bersyukur dengan apa yang sudah saya peroleh selama ini, tapi jujur rasa syukur ini terlalu besar hingga saya tak mau membuat sedih mereka yang belum beruntung seperti saya.

Bukannya tidak bangga dengan apa yang sudah saya capai selama ini, tapi jujur masih ada hal yang lebih membanggakan yang belum bisa saya capai.

Bukannya saya tidak bangga dengan kampus saya, saya terlalu bangga, jadi cukuplah kita yang merasakan kebanggaan ini.

Bagi saya, kebanggaan cukup disimpan dihati saja, 

Selasa, 15 Oktober 2013

Idul Adha 2013

Selasa 15 Oktober 2013, ini entah hari keberapa saya sudah menjadi Alumni kampus ini. Memang bagiku tinggal beberapa tahun disini telah meninggalkan kesan yang sangat berarti. Tapi kerinduan ayah dan emak mereka sampaikan dengan berbagai alasan untuk menyuruhku pulang. Munafik jika aku bilang “aku tidak rindu mereka”, bukaan !!! Aku cinta mereka, dan pastinya rindu mereka, tapi anakmu ini ingin lebih mandiri yah, mohon mengertilah.

Ah seketika aku bangun dari tidurku, waktu sudah menunjukkan pukul 04.45. Oh ya tentang acara panitia kurban hari ini belum ada kabar ya?. Sebenarnya sejak tahun lalu aku memang punya hasarat untuk terlibat, ya sekedar merasakan bisa terlibat dan berbaur dengan warga sekitar kampus. Dan Alhamdullillah hasratku kesampaian, meski sampai khatib turun mimbarpun belum ada kabar tentang kepanitiaan kurban disalah satu masjid sekitar kampus. Ah sudahlah.

Oh ya ini kali pertama aku sholat Idul adha di lapangan kampus. Duduk berhadapan persis dengan mimbar membuatku ingat hampir keseluruhan isi khutbah Idul Adha tahun ini, Alhamdulillah. Pertama khatib bercerita tentang fanatisme berlebihan yang akan menghancurkan kesatuan umat Islam, Kedua tentang Mesjid sebagai pusat kegiatan, terutama buat kaum laki laki yang memang di wajibkan untuk sholat 5 Waktu di Mesjid. Juga tentang manusia yang harus terus bergerak, mencari nafkah, bekerja keras, dan sebagainya. Yang terakhir tentang usaha menuntut ilmu dan usaha menjadikan diri ini semakin sholeh. Penyampaian khatib tersebut bersumber dari makna serangkaian kegiatan ibadah haji.

Sesampainya dirumah, aku dapet kabar agar disuruh ke masjid menghadiri kepanitiaan kurban. Alhamdulillah. Kurban di masjid ini lumayan banyak menurutku, 100an ekor kambing dan 18 Ekor sapi. Sampai sampai bertemu dengan seorang nenek nenek yang meminta foto eksekusi sapi kurbannya. Haha seperti kepuasan tersendiri bagi sang nenek melihat hewan kurbannya dieksekusi. Ya tak isengin dengan merekam proses penyembelihan serta foto foto mulai dari hewan tersebut berjalan hingga ajalnya menjemput.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Berpartisipasi di divisi pemotongan, awalnya lumayan bingung, tapi lama kelamaan mulai beradaptasi.

Tugasku disini mengangkat dan memindahkan kambing kambing hasil eksekusi untuk kemudian dinomori oleh panitia yang lainnya. Pegel cooy, tapi puas bangetlah. Lumayan buat tambahan CV buat ngelamar magang, kalo aku pernah ikut kepanitiaan Qurban di Mesjid ini, di divisi pemotongan, ecieeelah. Haha.

Apa hikmah yang aku ambil dari kegiatanku hari ini? Ya lumayan lah. Mulai dari datang di awal waktu, kerja cerdas, kerja puas. Karena menurutku lebih capek bengong dari pada langsung turun tangan membantu. Alhamdulillah buat hari ini, terimakasih sudah memberiku kesempatan untuk berpartisipasi meski pengaruhku tidak seberapa. :D

Minggu, 13 Oktober 2013

Farewell Party

Malam 13 Oktober 2013. Malam penyambutan bagi angkatan 2013, Perpisahan bagi angkatan kami, angkatan 2010.

Malam ini aku memang berpakaian seperti biasanya, Celana Panjang, selop, kaos dan jaket adidas KW kebangganku. Sedang kawanku berpakaian layaknya anak muda yang ingin menjemput bidadarinya di malam itu.

Ambisiku ikut acara ini berbeda dengan kebanyakan teman temanku. Ya sekedarnya saja. Sedang mengenai pakaian, memang aku tidak menggunakan dresscode. Ini memang sudah keputusanku. Ya sisi nyaman seseorang memang tak bisa dipaksakan.

Aku berangkat menuju kampus persis menjelang adzan magrib agar bisa berjamaah di masjid sekitaran kampus. Selesai sholat aku mengisi lambungku yang sudah meronta ronta sejak abis futsal tadi. Metabolisme tubuhku yang lumayan cepat, memang membuatku sering merasa lapar.

Sesampainya di TKP, wah orang-orang berdandan. Menggunakan pakaian terbaik dalam hidupnya, sedang aku dan temanku hanya berpakaian seadanya. Bodoh amat, yang penting aku nyaman dengan apa yang aku kenakan.

Acara berjalan beberapa menit, dan tidak terasa sudah hampir sejam’an. Ya aku berpapasan dengan salah seorang teman perempuanku angkatan 2013.

Entah kenapa, ia bertanya bang, kenapa ga pakai pakaian formal bang?

Ha??? (dalam hati bingung mau jelasin apa, bingung)

Dengan bahasa yang agak berantakan ku jelaskan, bahwa aku  nyaman dengan apa yang aku kenakan, apa yang aku pakai elegant menurutku, terserah orang mau bilang apa. (dalam hati “udah ini sudah nutup aurat, bersih, ga masalah kan”)

Seketika temanku itu sedikit bengong, entahlah mungkin niat bersalamannya yang aku abaikan dengan cara tidak bersentuhan, dengan sedikit acting ibarat seorang petinju. Haha.

Memang terkesan bodoh, tapi justru hal hal kecil yang kadang menjerumuskan kita. Justru dari membiasakan hal hal kecil yang baik, akan bermanfaat dan akan menjadi kepribadian.

Begitu juga hidup, ini opiniku, terserah anda mau beropini seperti apa. Menurutku apa yang dibutuhkan seseorang adalah rasa nyaman. Manusia sudah pada kodratnya tidak bisa dipaksakan. Seperti itu jugalah hati yang ada pada diri setiap manusia. Kali ini aku teringat dengan salah seorang temanku yang sepertinya tidak mendapat dukungan tentang hubungannya dengan gadis Jawa. Yang penting bisa merasa nyaman tanpa harus melakukan hal hal yang bertentangan kan ga papa kan :’)

 

Gombal Minang

Uda : eh uni, lai tau uni sia yang labih manis daripado uni?

Uni : sia tu da?

Uda : anak awak beko ni haha 

Uni : -____-

*copas dari ota jo kawan kawan keluarga minang 

Bergeraklah !!!

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman, Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang

Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan, Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang

Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa, Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam, Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang, Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan

(Imam Syafi'i - 767-820M)

Ini mengingatkanku dengan pesan salah seorang dosenku, bahwa manusia ini sama seperti ikan. Ikan yang selalu berada dalam kondisi air yang tenang tak pernah punya rasa seenak ikan dengan air yang selalu mengalir. 

maka bergeraklah, coba hal baru. Pada saat terfikirkan "ah bosen banget hari ini, pengen ngapain ya?" , ini momentum ! Tinggal bagaimana anda menyikapinya agar bisa menjadi pemacu untuk terus bergerak. Semangat !!!

Selama Masih Berstatus Manusia, Anda Pasti Butuh Orang Lain

Alhamdulillah hari ini aku bisa tidur meski bukan ditempat aku biasanya tidur. Kisah ini mengingatkanku pada pertualanganku pada pertengahan tahun 2013 saat kunjungan kedua ke Yogyakarta.

Ya, kali kedua aku mengunjungi kota berbudaya yang sungguh membuatku jatuh hati. Jatuh hati pada keadaan dan suasana yang menurutku memiliki “ciri khas”. Aku tak paham letak ciri khasnya di bagian mana, tapi yang jelas suasana dan keramahan orang orang di sana benar benar membuatku ingin kembali ke Yogya hehe.

Kali pertama aku mengunjungi Jogjakarta belum menghasilkan kepuasan. Oleh karena itu kuputuskan aku harus datang lagi ke Jogja dengan salah seorang teman SMAku yang juga kuliah di Jakarta. Menganggarkan dana yang benar benar terbatas dengan waktu yang terbatas pula. Dalam anggarannya kami memang memasang niat untuk berkunjung tanpa biaya penginapan. Apa solusinya? Ya hari pertama kami dapat penginapan melalui salah seorang teman SMA juga yang sedang kuliah di Jogja.

Hari kedua, kami habiskan waktu dengan berkunjung menyusuri seluk beluk Jogja dengan berjalan kaki. Hingga tanpa terasa hari sudah menunjukkan pukul 00.30. Malu sekali rasanya harus membangunkan orang orang di penginapan agar mereka membukakan pintu buat kami. Lagi lagi kami membutuhkan orang lain. Ya hari kedua kami menginap di Pos Ronda. Terimakasih bapak sudah menerima kami hehe. Perbincangan malam itu dengan seorang bapak yang lagi ngeronda memang sangat menarik. Ya tentang Budaya Jogja dan juga budaya Minang. Haha perbincangan tentang budaya memang lumayan menarik minatku sejak aku mendapat mata kuliah Budaya Nusantara yang pada saat itu diajarkan oleh seorang dosen berwawasan ektra luas. Hingga kami tertidur dan sampailah pada pagi hari di hari ketiga.

Pada Hari ketiga, kami berkeliling lagi menyusuri jogja dengan merental sepeda. Hari ketiga ini memang harus kami maksimalkan. Temanku terpaksa harus pulang cepat karena ada besoknya ia ada jadwal kuliah. Wah tinggallah aku sendiri pengelana jogja dengan uang yang terbatas.

Pertualanganku bermula dari sini. Berbagai macam penginapan aku coba. Mulai dari masjid, Stasiun Kereta Api hingga Pos Polisi. Hidup kita dimanapun kita berada, pasti membutuhkan orang lain. Sehebat apapun diri kita, sekaya apapun kita pasti butuh orang lain.

Malam ini aku sungguh tertolong melalui salah seorang temanku. Entahlah hari ini berjalan begitu cepat, hingga aku tidak menyadari bahwa jam sudah menunjukkan pukul 23.48. Saat itu aku baru menyadari bahwa aku tidak memegang kunci pagar tempat aku menginap. Ya terpaksalah malam ini menginap ditempat teman.  

Saat berjalan menuju kost temanku, aku dikejutkan oleh suara seseorang, dan ternyata ia adalah temanku yang juga tidak memegang kunci pagar kostnya. Ya terpaksalah kami bakal nginep di tempat teman yang lain. Berbincang bincang sekitar 30 menitan, akhirnya mata semakin mengantuk, kita berinisiatif menginap di tempat "mbah". Alhamdulillah malam mendapat pertolongan melalui mbah, Alhamdulillah.

Pengalaman ini menyadariku tentang betapa pentingnya menjaga hubungan, menjaga relasi, menjaga keakraban. Kita tak pernah tahu kapan kesulitan itu bisa datang. Kita sebagai manusia tidak selalu dalam kondisi serba berkecukupan. Bisa sajakan, kita tersesat di daerah orang dalam kondisi tidak membawa uang sama sekali Karena kecopetan?, kehilangan? Tertipu?. Berpikir panjanglah kawan,  

Keherananku pada salah seorang teman yang sengaja tidak membeli buku Angkatan. Meski kita tidak mengenal satu angkatan di kampus ini, tapi tetap relasi mesti harus di jaga. Nah salah satu sarana yang tersedia adalah buku angkatan. Relasi itu penting, kita sebagai manusia saling membutuhkan dan itu sudah merupakan ketetapan. Apa mesti kita belajar lagi dari cuplikan video video hewan yang menunjukkan rasa saling peduli?.

Tulisanku malam ini memang tidak teratur, tapi intinya aku tekankan sekali lagi, relasi itu penting dan mesti di jaga. Bahkan tulisan inipun mengandalkan laptop dan koneksi internet temanku, tempat aku menginap malam ini. Sebegitu pentingnya menjaga relasi maka ciptakanlah simbiosis mutualisme antar sesama manusia . 

Sabtu, 12 Oktober 2013

Cara pengurusan balik nama kendaraan bermotor di Samsat Soreang Kab. Bandung

...Karena kebahagiaan tidak bisa diukur dari besarnya rumah. Begitu dekat hubungan antara ayah, ibu dan anak, dan juga hubungan antara tetangga. Keluarga dengan rumah sekecil apapun, apabila jalinan kasih sayang tumbuh mekar dengan baik, bangsa Indonesia meskipun menjadi bangsa yang maju modern, dan globalisasi, tetap menjadi masyarakat yang tetap peduli dengan sesama...

-SBY-

Jumat, 11 Oktober 2013

haruskah aku menyerah sebelum aku coba???
Barangkali takdir tengah bicara
Ia diperuntukkan buatmu
Dan pandangan matanya memang buatmu
Mengapa harus sembunyi dari kenyataan
Cinta kasih sejati kadang datang tak terduga
Bergegaslah bangun dari mimpi
Atau engkau akan kehilanganKeindahan yang tengah engkau genggam
Anggap saja takdir tengah bicara
Ia datang dari langit buatmu
Dan pandangan matanya khusus buatmu

kutipan lirik

Ebiet G. Ade (nyanyian kasmaran, ingin kupetik bintang kejora)

Tetap Kompak yaa :')

Tetap Kompak yaa :')

di sini kita dipertemukan, bukan karena kebetulan tapi memang sudah ada yang Maha Mengatur pertemuan ini. Salah satu momen terhebat dalam hidup saya, bisa saling berbagi bersama kalian wahai saudaraku.

Bahkan Tuhanmu punya berbagai cara memberikan hikmah, bukan saja melalui hal hal yang baik, tapi juga melalui hal hal yang tidak kita sukai.

Rabu, 09 Oktober 2013

Untuk seseorang yang aku kagumi kala itu "09 Oktober 2013"

Hari itu aku bangun telat, entahlah mungkin hingga terlalu malam memikirkan tentang serangkaian acara kelulusan Angkatan kami.

Sebenarnya bukan tentang Kelulusannya, tapi tentang salah seorang yang hadir di hari Kelulusan itu.

Pagi sekali..

Seseorang temanku datang mengetok pintu kamar, menanyakan sepatu pantofel yang menjadi syarat wajib buat dresscode hari ini. Haha Mahasiswa modal minjam, bahkan untuk hari hari bersejarah dalam hidupnya.

Tak seperti biasa, air kran pagi ini dingin sekali, dingin menusuk tulang rusukku yang sekitar sebulan lalu terhempas kayu dan beton Bandar di samping Gereja. Bahkan sampai memancing kembali rasa sakit yang sebenarnya sudah terhapus di memori otak ini.

07.30 Aku berangkat menuju belakang kampus, mengisi perut kosong yang sudah terisi cuaca malam harinya, Ini tak seperti biasanya, benar-benar berbeda. Biasanya Aku hampir tak pernah sarapan semasa kuliah, tapi ya Sudahlah, aku tak mau mengecewakan diriku sendiri di acara penting ini. Acara yang mungkin bagiku terakhir kali menatapmu menggunakan seragam hitam putih, mungkin saja, tapi aku tak mau demikian sungguh tak mau, tak mau, tak mau.

07.50 Kami sampai di kampus, suasana hati ini masih sedikit tergoncang, acara ini begitu cepat. Cepat merusak logikaku pagi ini, seperti mimpi diatas mimpi mirip kata bang Ebiet.G.Ade dalam salah satu lagunya.

Temanku berkumpul dengan segerombolan orang yang beberapa diantara mereka memang aku kenal, tapi entahlah aku tak ingin banyak bebincang dengan mereka. Memisahkan diri menuju salah satu sudut Gedung Perpustakaan, membasuh muka, berusaha menenangkan suasana.

08.00 Suasana masih belum semenenangkan yang aku harapkan, yang aku inginkan. Ya lagi lagi mereka masih berbincang dengan sejuta canda tawa mereka, sedang aku masih belum bisa menenangkan diriku. Hatiku berbisik mencoba menenangkan diri, “Ah bersyukurlah kau, sudah sampai pada titik ini, apalagi yang mesti engkau keluhkan”

08.10 Ku pergi menuju salah satu sudut kampus, Ya Kantin sembari mencoba mempercepat waktu menuju pukul 08.30, tapi tetap saja, 08.30 masih terasa sangat lama. seolah ada perbedaan waktu antara duniaku dengan dunia orang orang diluaran sana. Berbeda jauh sekali.

08.20 Bertemu dengan beberapa orang teman sekelas, berbincang bincang. Ingat seseorang yang belum bayar hutang hahah, ah pemasukan nambah lagi. Sedikit demi sedikit ingat lagi yang lainnya, Alhamdulillah otakku masih berfungsi layaknya manusia normal, Alhamdulillah …

08.30 Aku memasuki ruangan, mengisi form tanda tangan “formalitas”, ya begitulah seperti biasanya selalu saja tanda tangan sebagai bukti kehadiran.

08.35 mencoba menatap seisi ruangan, menatap slide, menatap bangku bangku yang sebagian masih kosong, sebagiannya lagi diisi canda tawa mereka

Sekitar 08.50 aku duduk disalah satu sisi kanan ruangan, lagi lagi mencoba menatap seisi ruangan, mencoba menemukan “wajahnya”, ya sekedar ingin menatap meski sebenarnya aku sungguh tak sanggup. Berharap ini bukan yang terakhir kali aku bisa menatapnya, berharap…

Sementara apa yang aku inginkan kala itu sudah berada didekatku, tapi sungguh entah keberapa kalinya aku benar benar tak sanggup. Sedang diapun berusaha menoleh kearahku, entah mungkin mencoba memberi senyum basa basi atau mungkin menoleh ke seseorang yang ada disekitarku, aku tak tahu itu. Tapi suasana kala itu benar benar membuat batinku terguncang sedemikian hebatnya.
Lagi lagi harapanku salah, aku berharap pada makhluk, sedang aku hanya sedikit berharap pada Yang Menciptakannya, Yang Menciptakan paras teduhnya, Yang Menciptakan perilaku mengagumkannya, Yang Menciptakan senyumannya, Bahkan yang menciptakan rasa kagumku terhadapnya.

Suasana kala itu berjalan sedemikian cepat pada suatu saat, dan juga lambat pada saat saat yang lainnya. Acara selesai ku bergegas meninggalkan ruangan, menggas kendaraanku, menetralkan kondisi fikiranku, menuju suatu tempat, melalui doa doaku padaNYA di siang hari 09 oktober 2013.
untuk seseorang yang aku kagumi kala itu

 

Jumat, 04 Oktober 2013

Untuk "Oknum"

Entah sejak kapan, dan kapan ini akan berakhir?

Penghormatan seseorang terhadap orang lain kini berdasar pada status sosial, pangkat, status ekonomi, bukan lagi karena orang orang yang dihormati tersebut, benar benar pantas untuk dihormati. Bukan lagi kita berlaku hormat karena kita sama sama Manusia?

Penghormatan terhadap orang lainpun memiliki maksud ("MENJILAT")

Bahkan untuk suatu pintu jalan menuju pulangpun diberlakukan berbeda antara Mahasiswa dan Dosen

Mental Penjilat, Mental Pegawai, 

Nilai kebaikannya bukan semata dari cara dia memperlakukan kalian, tapi bagaimana dia memperlakukan orang lain, terutama mereka yang lebih tidak beruntung dari dirinya.

Kutipan dari "Nak, Ibu Ingin Bicara Soal Milih-milih Perempuan…" KOMPASIANA