Kamis, 27 September 2012

Ketika bencana menghancurkan segalanya

Hari itu ketika baru pulang sekolah beliau mengajakku ke suatu tempat yang belum pernah ku kunjungi. Adalah kebiasaan Bapak untuk mengajak anak anaknya ke tempat beliau mencari nafkah. Di sepanjang perjalanan, Aku dihadapkan pada rasa letih bercampur senang. Melihat aktivitas di sepanjang perjalanan, melalui perpustakaan provinsi, taman budaya di kota tempatku tinggal, hingga akhirnya sampai di tempat yang di tuju. Ohh ternyata diajak ke RESTORAN, bukan untuk menikmati hidangan SeaFood ataupun segelas minuman dingin yang disajikan disana. Bagiku, menghabiskan uang untuk makan di tempat tempat mahal sepertinya tidak menjadi suatu hal yang menarik bagiku. Satu hal karena kami tidak punya cukup uang untuk melakukan hal itu, dan satu lagi karena aku tidak terlalu suka akan keramaian, aku terlalu senang dan nyaman dengan kesendirianku. Tidak begitu mengerti apakah karakter ini terbentuk karena keadaan atau memang karakterku yang seperti ini sejak dilahirkan. entahlaah

ayah dan anak


Yaak, pada hari itu bapak akan menyelesaikan taman minimalis dengan air mancur mini di bagian atasnya. Polesan Polesan motif karya bapak memang terlihat mengagumkan. Terlihat begitu alami, asri dan menakjubkan. Selain itu lantai keramik di pelataran restoran di buat menggunakan keramik pecah menggunakan berbagai macam warna, sekilas terlihat sederhana namun menyejukkan mata. Sang pemilik resto sempat ragu dengan tindakan bapak menggunakan keramik bekas, namun terbukti hasilnya mengagumkan.

Restoran setelah terjadi gempa :(


Beberapa tahun berlalu dengan sangat cepat, lama sudah tak kunjungi lagi restoran itu. Kekecewaanku tercipta sejak terjadi gempa padang pada tahun 2009 yang menghancurkan . Termasuk restoran itu, restoran yang dulunya masih 4 lantai, menjadi tiga lantai akibat gempa. Tentunya taman minimalis karya bapak juga hancur tidak bersisa. Padahal suatu saat nanti aku berencana mengajak bapak unutk melihat kembali taman hasil karyanya sebagai tamu restoran. Tapi sayang, semua tinggal kenangan. Kenangan yang hancur karena bencana dan waktu. :(

0 komentar: